Benarkah Stres Bisa Picu Serangan Jantung?

Friday, 17 February 2017

Saat menonton film, mungkin kamu akrab dengan adegan berikut ini. Seorang lansia mendengar kabar buruk dan mengejutkan, kemudian ia langsung terkena serangan jantung hingga pingsan atau bahkan meninggal. Namun, apakah hal yang sama bisa terjadi dalam kehidupan nyata, ataukah itu hanya adegan dalam film semata? Benarkah stres dapat memicu serangan jantung?

Pada dasarnya, setiap orang memiliki reaksi dan cara yang berbeda dalam menghadapi tekanan. Jika stres berlangsung dalam jangka waktu yang lama, tentu akhirnya dapat memengaruhi kesehatan kamu. Stres yang berlebihan dapat memicu serangan darah tinggi, hipertensi, asma, serta iritasi usus besar mengakibatkan perut terasa mulas. Lantas, bagaimana dengan serangan jantung?

Seperti dilansir dari situs heart.org, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan korelasi langsung antara stres dan penyakit jantung. Namun yang jelas, stres akan memicu perubahan perilaku dan kebiasaan kamu. Misalnya ketika stres, tekanan darah dan kolesterol dapat meningkat, merokok lebih banyak, fisik lebih pasif, serta makan berlebihan. Secara tidak langsung, hal-hal tersebut dapat memengaruhi kondisi jantungmu. Bayangkan jika kondisi ini berlangsung hingga beberapa hari atau beberapa minggu.

Meski penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan, namun beberapa studi telah menunjukan bahwa terapi psikososial (penggabungan terapi psikologi dan aspek sosial) dapat mengurangi risiko serangan jantung yang kedua. Biasanya, setelah mengalami serangan jantung atau stroke yang pertama merasa depresi, cemas, dan kewalahan. Itu sebabnya mereka harus bicara pada dokter dan mendapatkan dukungan dari lingkungan terdekat untuk mengurangi risiko serangan yang berikutnya.

Berolahraga, selalu berpikir dan bersikap positif, berhenti merokok dan minum alkohol, tidak terlalu banyak meminum kopi, dan makan makanan yang sehat adalah cara terbaik untuk menghindarkan kamu dari risiko penyakit jantung.