Keuntungan Kerja di Perusahaan Start-up

Thursday, 03 November 2016

Beberapa tahun belakangan ini apakah kamu sering menemukan info lowongan pekerjaan dari perusahaan yang jenisnya start-up digital? Jangan heran, sektor industri kreatif Indonesia terutama di bidang teknologi sudah mulai menggeliat, sehingga perusahaan seperti ini mulai banyak menebar info lowongan. Mungkin perusahaan semacam ini kamu anggap masih kalah prospeknya dibanding perusahaan mapan yang sudah berkaliber. Tetapi sebelum kamu memandang sebelah mata, kenali dulu apa saja keuntungan bekerja di perusahaan Start-up seperti yang ada pada daftar berikut ini :

Penghasilan tinggi
Beberapa perusahaan start-up tak ragu untuk menawarkan gaji yang bersaing dengan perusahaan besar. Biasanya perusahaan start-up seperti ini sudah jelas pendanaannya, sudah punya investor sendiri dan sudah cukup luas diketahui siapa founder maupun misinya dalam jangka panjang.

Selain mendapat gaji, para pekerja start-up juga bisa memperoleh jatah saham perusahaan. Jadi jika perusahaan mampu exit dengan sukses, kita yang memegang saham pun akan menerima deviden yang cukup besar. Kesempatan bekerja sambil berinvestasi seperti ini hampir tidak mungkin kamu temukan di perusahaan selain start-up!

Bekerja untuk mencapai purpose
Perusahaan start-up memiliki kultur yang inovatif dan punya misi untuk jadi solusi untuk permasalahan yang ditemui masyarakat luas. Misalnya pada start-up Kitabisa.com yang menjadi wadah penggalangan donasi bagi yang membutuhkan, atau start-up iGrow yang bercita-cita menyejahterakan petani dan memajukan bidang agrikultur Indonesia. Tinggal pilih saja mana start-up yang misinya sejalan dengan mimpi pribadimu. Seringnya dalam start-up seperti ini kamu akan belajar bekerja demi tujuan yang lebih mulia dibanding sekedar mencari uang belaka. Tak heran, dengan bekerja di perusahaan seperti ini kamu pun akan menemukan cara mencapai purpose alias tujuan hidupmu sebenarnya.

Bisa mengekspresikan diri
Di kebanyakan tempat kerja, baik itu swasta maupun di pemerintahan, para karyawannya pasti akan terikat dengan 1001 aturan. Termasuk aturan dalam berpakaian : ada kewajiban pakai seragam, ada aturan sepatu hak tinggi, sampai larangan mengecat rambut berwarna-warni. Namun untuk perusahaan start-up peraturannya cenderung lebih minim.

Orisinalitas biasanya dijunjung tinggi di dunia start-up, dan nilai ini pula yang akan tercermin pada suasana kerjanya. Di sini kamu bisa lebih bebas mengekspresikan diri tanpa dikekang berbagai aturan, asal masih dalam batas kewajaran dan pekerjaanmu tetap selesai pada waktunya. Cocok nih buat kamu yang suka bereksperimen dengan penampilan atau butuh melakukan hobi tertentu guna meredakan stres dalam bekerja.

Lahannya anak muda
Di perusahaan mapan, tak jarang kita akan menemui kultur yang kaku dan penuh birokrasi. Hal ini biasanya tak jadi soal di perusahaan start-up. Para pekerja perusahaan start-up biasanya berusia muda, sehingga hubungan antar kolega serta hubungan atasan dan bawahan cenderung lebih akrab. Perusahaan start-up juga lebih ramah terhadap fresh graduates. Soalnya mereka cenderung mencari bibit baru yang inovatif, kreatif, serta open minded. Kamu salah satu yang baru lulus kuliah? Coba saja melamar pekerjaan ke salah satu perusahaan start-up di kotamu.

Sarana mengembangkan diri
Sebagai pekerja start-up, seringkali kamu harus mampu melakukan berbagai jobdesk yang berbeda-beda. Bersiaplah untuk mengerjakan tugas rangkap jabatan. Maklum saja namanya juga perusahaan yang baru merintis dari nol. Namun, inilah kesempatan emas untuk mengembangkan talenta kamu seluas mungkin.

Tantangan pekerja start-up ada banyak sekali. Seperti yang dilansir Fortune, hanya satu dari sepuluh perusahaan start-up yang mampu bertahan dan sisanya gagal karena berbagai alasan. Di sini mau tidak mau kamu akan dituntut untuk menempa diri menjadi lebih tangguh dalam berbisnis, mengelola manajemen perusahaan, harus siap berimprovisasi dalam menghadapi berbagai permasalahan, bahkan jadi lebih disiplin dibanding pekerja biasa. Jika pekerja biasa akan lebih santai karena tiap bulan akan menerima gaji, kamu yang merintis start-up harus memutar otak lebih keras untuk memastikan perputaran uang perusahaan tetap lancar.

Hasilnya? Kamu bisa memperoleh lebih banyak bekal hidup sebagai calon entrepreneur unggul. Untuk kamu yang ingin membangun bisnis sendiri, pengalaman membina start-up akan memudahkanmu melebarkan sayap dibanding menjadi mengabdikan diri pada jalur karier yang itu-itu saja. Tertarik?