Mengenal Budaya dari Tana Toraja

Thursday, 09 March 2017

Tana Toraja, "negeri di atas awan" yang terletak di Sulawesi Selatan, menyimpan sejuta eksotisme yang sudah terkenal di kalangan wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Masyarakatnya yang hidup berdampingan dengan alam indah tak lupa merawatnya dengan nilai-nilai luhur budaya yang menjunjung tinggi kekeluargaan dan penghormatan atas leluhur.
Lebih lanjut mengenai budaya Toraja, bisa kamu intip di bawah ini :

1. Tradisi Ma'nene
Tradisi yang satu ini merupakan tradisi yang rutin dilakukan oleh masyarakat Baruppu di pedalaman Toraja. Setiap 3 tahun sekali, para keluarga akan berkumpul dan mengadakan pembersihan jasad leluhur yang sudah meninggal. Jasad-jasad ini akan dikeluarkan dari peti masing-masing, dibersihkan dengan kuas, dan diganti pakaiannya. Banyak wisatawan yang tertarik untuk menyaksikan langsung prosesi yang ini, karena ritual ini tak ditemui di belahan dunia lain. Yang lebih unik lagi, orang Toraja memiliki keahlian untuk mengawetkan jenazah menjadi mumi. Sehingga walaupun sudah dikubur bertahun-tahun, wujudnya masih tetap bagus. Walaupun mungkin sedikit menyeramkan untuk kita yang awam, tradisi ini tetap lestari dan dipegang teguh oleh orang Toraja. Karena ada Ma’nene, generasi yang lebih muda bisa menghargai dan mengenang jasa leluhur mereka. Mereka juga meyakini arwah leluhur akan tetap menjaga dan mengawasi para generasi penerus walau sudah pindah ke alam lain.

2. Rambu Solo’
Rambu Solo adalah ritual adat pemakaman. Yang unik dari upacara ini adalah persyaratan-persyaratannya yang terbilang spektakuler seperti pengurbanan puluhan ekor kerbau, termasuk kerbau belang jenis saleko yang harganya bisa mencapai 1 miliar! Karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit, keluarga Toraja biasa membungkus tubuh orang yang sudah meninggal dengan kain dan disimpan dalam rumah adatnya yaitu Tongkonan sampai semua persyaratannya bisa terpenuhi. Jasad mereka yang masih disimpan di dalam tongkonan ini diperlakukan seperti orang yang sedang tidur atau sakit, dan masih disediakan makanan dan minuman kesukaannya. Mereka juga percaya, jika tradisi ini dilanggar, maka mereka akan tertimpa musibah dan kesialan dari arwah yang ditinggalkan. Kalau kamu mau menyaksikan langsung Rambu Solo’ ini, ada baiknya kamu mengontak agen wisata yang ada di Toraja terlebih dulu. Soalnya upacara ini sifatnya tidak rutin.

3. Pohon Tarra (Baby Grave)
Untuk pemakaman bayi, lain lagi adatnya. Bagi masyarakat Toraja, anak bayi yang belum tumbuh gigi dianggap masih suci. Sehingga mereka boleh disemayamkan di suatu tempat khusus. Nah di Toraja ada pohon besar berdiameter 80 cm yang bergetah putih, pohon ini disebut juga Pohon Tarra. Di sinilah jasad bayi-bayi itu akan disemayamkan. Masyarakat Toraja akan melubangi batang pohon Tarra, meletakkan jasad bayi dan menutupnya dengan ijuk pohon enau. Di pusara pohon Tarra, para bayi ini dipercaya kembali ke rahim sang pencipta, dengan ditemani getah putih sebagai ganti air susu ibunya. Dan mereka pun menitipkan doa agar bayi yang dikuburkan di pohon Tarra ini akan menyelamatkan nyawa bayi-bayi yang lahir berikutnya.