Faktor yang Memengaruhi Indeks Glikemik Makanan

Friday, 13 January 2017

Makanan manis kaya zat gula (karbohidrat) seringkali kita anggap rawan untuk penyakit Diabetes Mellitus. Tetapi belum tentu makanan yang rasanya tidak manis sekalipun kalah berbahaya dibanding makanan manis. Kok bisa? Ini karena tidak semua karbohidrat bekerja dengan cara yang sama. Bahkan dua porsi makanan yang sama ternyata bisa menyebabkan pengaruh yang berbeda pada tubuh.

Pengaruh makanan pada kadar gula darah bisa diukur dengan angka indeks glikemik. Pangan yang meningkatkan kadar glukosa darah dengan cepat akan ditandai dengan indeks glikemik tinggi (IG >70), sedangkan makanan dengan indeks glikemik rendah  (IG<55) bisa dicerna dengan lebih lambat, sehingga kadar glukosa darah pun lambat naik. Nah, yang mempengaruhi tinggi-rendahnya indeks glikemik ini sendiri ada beberapa faktor, seperti yang akan dibahas berikut ini :

1. Kadar serat pangan
Secara umum, makanan yang kaya serat ternyata cenderung rendah indeks glikemiknya. Serat pangan larut berperan memperlambat laju peningkatan glukosa darah. Makanan yang berserat ini juga akan menunda rasa lapar lebih lama, sehingga baik untuk kamu yang ingin menjaga berat badan.

2. Cara pengolahan
Cara memasak dan mengolah makanan sangat mempengaruhi hasil indeks glikemik. Sebagai contoh, ada ubi jalar yang digoreng menghasilkan indeks glikemik 47, tetapi jika dipanggang indeks glikemiknya malah naik menjadi 80. Diduga, makanan yang diolah sehingga ukuran partikelnya  makin kecil (digiling atau dijadikan tepung) kadar karbohidratnya makin mudah diserap oleh tubuh, sehingga indeks glikemiknya pun makin tinggi.

3. Lemak dan Protein
Pada pangan sejenis yang memiliki rasio kandungan protein dan lemak yang lebih tinggi rupanya menunjukkan indeks glikemik yang cenderung rendah. Ini karena laju pengosongan lambung makin lambat setelah kita makan makanan berlemak.

4. Daya cerna karbohidrat
Makanan berkarbohidrat yang semakin mudah dicerna akan menunjukkan indeks glikemik yang semakin tinggi. Contohnya pati jagung yang permukaannya lebih besar dan kasar, lebih mudah dicerna dibanding pati kentang yang halus dan sulit ditembus enzim pemecah dalam pencernaan.

5. Kadar amilosa dan amilopektin
Semakin tinggi kadar amilosa amilopektin, maka bahan makanan akan terasa lebih pera dan keras. Begitu pula sebaliknya, kadar amilosa amilopektin yang rendah akan menghasilkan berasan yang lebih pulen dan lengket. Kamu bisa buktikan pada bahan pangan seperti beras atau jagung. Mana yang indeks glikemiknya lebih rendah? Ternyata bahan pangan bertekstur pera dan keraslah yang indeks glikemiknya lebih rendah.

Jika kamu ingin mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi, usahakan untuk tidak menjadikannya kebiasaan. Seimbangkan juga dengan makanan yang indeks glikemiknya rendah ya. Jangan lupa minum hemaviton GluCare yang bisa meningkatkan sensitivitas reseptor insulin pada sel sehingga kadar gula darahmu stabil sehingga risiki diabetes bisa diminimalisasi.